SURAT DARI SAHABAT #2

Izinkanlah ku bersuara,
di kesempatan terbatas ini,
O, para Sahabat lamaku,
Seperjalanan dalam perputaran lahir-mati,
langka mungkin sebelumnya,
suaraku terdengar bagi telingamu,
karena terkerdilkan lama,
sesak oleh hiruk pikuk masyarakat.

Tidak tertarikku pada doktrin kaku,
alasan tambahan bagi perpecahan.
Lebih nikmat Kebenaran Semesta dan Harmoni Alam,
bebas disentuh, dibuktikan siapapun juga,
Ia, Sang Mata Semesta,
Tahu apa yang disukai hatiku.

Cinta akan Kebebasan, O, Sahabat,
adalah permulaan Pengetahuan.
Dan Pengetahuan, O, Sahabat,
adalah permulaan Pembebasan.

Lelah, hati yang dipaksa,
dengarkan sosok sumber perintah,
otoriter tanpa penjelasan cerdas,
lebih nyaman bebas belajar,
dari sebab-akibat alami.

Itulah sahabat, alasan kami,
mengapa tak mengikut arus umumnya,
menunduk patuh tak berdaya,
pada tuntutan para manusia yang gersang dari kebahagiaan,
karena tak ingin sia-sia,
kedatangan kali ini,
ke dunia,
alam para manusia.

Bukan ingin engkau ikuti, O, para Sahabat,
namun karena kasih dan kepedulian semata,
juga karena hukum Semesta,
Mereka yang tak khianat, tak culas,
yang beri manfaat tulus pada sahabatnya,
buahnya tak terbayangkan.

Bahkan bila jatuh ia dari pohon, gunung, ataupun jurang,
landasan akan muncul bagi kakinya,
tak perlu dibahas lagi,
apa yang akan menjadi buahnya,
bila tiada bencana menghampiri,
kemakmuran, kenyamanan, keberlimpahan, kemuliaan.

Bahagia, O, Sahabat,
Kebebasan hati, Kepuasan hidup,
Makna keberadaan di alam manusia,
bila tercicipi, puas hatimu,
Tenteram yang tak pernah dirasa,
Berakhir akhirnya,
paksaan, siksaan perputaran, pelarian tak berujung di roda tikus.

Tak dapat diberikan siapapun,
selain pikiran yang halus,
yang terjauhkan dari pembuyaran kejahatan,
dan berdiam, bergembira dalam kebaikan,
terarah pada penembusan Kebenaran,
melalui Pengetahuan sebagai kendaraannya,
Sentuh Elemen Ketanpamatian, Keabadian dalam
Ketanpaderitaan, buah sempurna.

Kejahatan, O, Sahabat,
hindarilah setiap mampu,
bukan karena ia tercela,
namun karena siksa,
ketidakpuasan, ketidaknyamanan,
adalah satu-satunya buah darinya,
bahkan di saat ini, apalagi di masa depan.

Kebaikan, O, Sahabat,
Berlindunglah, bertumbuhlah di dalamnya,
bukan karena ia suci,
namun karena nikmat,
kekuatan, kejayaan, keberhasilan, kegemilangan,
penguasaan, kemenangan,
bahkan seluruh semesta,
merunduk dan melayani,
mereka yang bersinar dalam kebajikan.

Nikmat,
kepuasan, kelancaran, kenyamanan, kemudahan,
adalah sedikit buah darinya,
bahkan di saat ini, apalagi di masa depan.

Ketanpamatian, O, Sahabat,
condongkanlah hatimu padanya,
bangkitkanlah keingintahuan yang polos,
tentang apa itu dan bagaimana menyentuhnya,
walau mungkin belum pernah terdengar,
melalui pikiran halus murni, aspirasi,
bahkan sekedar menyatakan,
“Ku ingin tahu apa itu,
dan bila itu memang menyenangkan, nyaman, nikmat,
dan benar-benar baik, biarlah kucicip segera”
adalah lebih dari sekedar langkah pertama,
dari perjalanan menujunya.

Ketanpamatian, O, Sahabat,
condongkanlah asamu padanya,
bukan karena serakah kita akan keabadian,
namun karena kebebasan sempurna dari derita,
sekedar tidak menderita, tak dapat disentuh oleh derita,
adalah hak asasi setiap makhluk.

Keabadian, Ketanpa-masalahan,
Ketanpa-bebanan, ketanpa-tugasan,
ketanpa-sakitan, ketanpa-deritaan,
ketanpa-konflikan, ketanpa-ratapan,
adalah sedikit dari buah alami darinya,
bahkan dalam kehidupan ini,
dapat ‘kau nikmati,
jauh, jauh sebelum,
sengat kematian mampu menyentuhmu.

Biarlah kita semua bebas dari segala perih.
Biarlah terberkahi jalanku, jalanmu, dan
jalan semua insan di seluruh Semesta Raya,
O, Sahabat seperjalanan.

Biarlah sesegera mungkin kita nikmati,
Arahatta,
secepat mungkin, senyaman mungkin,
Biarlah Segala Berkah, selamanya, Beserta.

May all Blessings, eternally, Be.