In this entire Universe,
O, Fellow Traveller,
It’s simply impossible for any being,
To inflict intentional pain,
Which is greater than
What is happening inside.
Just as the eagle,
Unable to soar high and fast,
When there are injury,
Even in his leg.
For when he fly,
Muscles in entire body moves,
The wound will open up,
Prevent him to
Reach his peak performance.
In the same way,
O, my Blessed Friend,
Those who pricked
By the arrow of hatred,
Wounded by anger,
Disappointment, betrayal,
Poisoned by bitterness and sorrow.
With that gaping wound in heart,
It’s simply impossible for them,
To shine with their True Potential,
Before it heals.
Forgiveness,
Is the shortcut,
Is the fastest vehicle,
toward the optimization of human growth.
Forgiveness,
Is the gateway toward Miracles,
It can save thousands, millions years,
Of our learning process,
If not lives or aeons.
It start with a willingness,
A simple and sincere inclination,
To be free from pain of anger,
To give up the ability to suffer,
Again, again, and again,
To choose non-suffering over suffering.
It purified, finished, beautified, by
Transformative Wisdom,
That born from
The Education of Heart.
Forgiveness is an Art,
A beautiful learn-able skill,
O, my Blessed Friend.
Forgiveness, Grace,
Is the Sincere Healing Kindness,
Which is given to even,
Especially the “undeserved one”.
Therefore,
Conscious or unconsciously,
The Forgiveness Bestower,
Are allowing themselves,
Again, again, and again, to be
the Fountain,
the Heavenly Waterfall of Blessings, for
The entire Universe.
May you incline,
O, my Blessed Friend,
To enjoy The Sweetness of True Forgiveness,
The Deliciousness of Perfect Forgiveness,
As soon as possible,
As comfort as possible,
As effective, as efficient as possible.
May you bless the World,
Bless the entire Universe,
Bask, suffuse, immerse All Beings,
In your Healing Prayer of Forgiveness.
“Even though,
I may not yet know how to dwell
In constant forgiveness,
But,
I choose to be open to the possibility,
to deeply and completely,
continuously and effortlessly,
Again, again, again, again, and again,
Forgive the World’s Blessing-Fountain-to be,
Myself,
Wherever, whenever, however, whatever,
The condition is.
Even though,
I may not yet know how to dwell
In constant forgiveness,
But,
I choose to be open to the possibility,
to deeply and completely,
continuously and effortlessly,
Again, again, again, again, and again,
Forgive everyone, everything,
Wherever, whenever, however, whatever,
The condition is.
I forgive myself,
I forgive all.
I free myself,
I free all.
By the Power of All Merit, All Parami,
By the Power of All Buddha, All Dhamma,
All Paccekabuddha, All Sangha,
All Beneficial Niyama,
May I, may you, may all beings,
In the entire Universe,
Eternally delight, dwell in Healing Kindness, and
Continuously, effortlessly shine in Transformative Wisdom,
Dhamma.
May I, may you, may all beings,
In the entire Universe,
Eternally enjoy, delight, dwell in
The sweetness of True Forgiveness,
The willingness, the skill to
Deeply and completely,
Give up the ability to suffer,
From now on,
Until the enjoyment of
Utmost Liberation,
Unshakeable Satisfaction,
Arahantship,
As soon as possible,
As comfort as possible,
As effective, as efficient as possible,
In this very moment,
Now.
May All Blessings, eternally, Be.”
Forgiveness,
Is the Jewel of Heart,
Even among The Greatest Seer,
It’s known as,
The other name of the Highest Austerity,
Forbearance, Patience.
Khanti paramam tapo titikkha
_____________________________________________
Di seluruh semesta ini,
O, Sahabat Seperjalanan,
Adalah sekedar tidak mungkin
Bagi makhluk manapun,
Untuk menyebabkan derita (yang disengaja)
Yang lebih pedih daripada
Yang sedang berlangsung di dalam (hati)nya.
Sebagaimana rajawali,
Tak mampu menembus angkasa,
Jauh tinggi dan kilat,
Ketika ada luka,
Bahkan di kakinya.
Kar’na ketika ia melayang,
Otot di seluruh tubuhnya bergerak,
Luka akan terbuka,
Halangi ia membumbung,
Hingga puncak kekuatannya.
Sedemikianpulalah,
O, Sahabat yang Terberkahi,
Mereka yang tertusuk
Panah dendam,
Terlukai oleh kemarahan,
Kekecewaan, pengkhianatan,
Teracuni oleh kepahitan dan kesedihan.
Dengan luka menganga di hati,
Adalah sekedar tidak mungkin
Bagi mereka,
Untuk bersinar dengan Daya Sejati mereka
Sebelum itu tersembuhkan.
Pemaafan,
Adalah jalan pintas,
Merupakan kendaraan tercepat,
Menuju pemaksimalan kemajuan insan.
Pemaafan,
Adalah Gerbang bagi Keajaiban,
Ia mampu menebus ribuan, jutaan tahun
Dari perjalanan pembelajaran kita,
Bila bukan jumlah kehidupan ataupun Maha Kappa.
Itu dimulai dengan sebuah kesediaan,
Pencondongan hati yang sederhana dan tulus,
Untuk terbebas dari siksa kemarahan,
Untuk melepas pergi kemampuan untuk menderita,
Lagi, lagi, dan lagi, lebih
Memilih ketanpa-deritaan dibandingkan derita.
Itu dimurnikan, disempurnakan, diperindah, oleh
Kebijaksanaan Transformatif,
Yang lahir dari
Pendidikan Hati.
Pemaafan,
O, Sahabat yang Terberkahi,
Adalah sebuah seni,
Sebuah kemampuan indah yang dapat dipelajari.
Pemaafan, Anugerah,
Adalah kebaikan penyembuhan tulus,
yang rela diberikan, bahkan,
Khususnya, pada mereka yang “tidak layak”.
Karenanya,
Secara sadar atau tidak,
Para Penganugerah Pemaafan,
Sedang lagi, lagi, dan lagi,
Mengizinkan dirinya untuk menjadi
Mata air Pemberkahan,
Air Terjun Surgawi,
Bagi Seluruh Semesta Raya.
Semoga engkau menerbitkan keinginan halus,
O, Sahabat yang Terberkahi,
Untuk menikmati manisnya Pemaafan Sejati,
Lezatnya Pemaafan Sempurna,
Secepat mungkin, sesegera mungkin,
Senyaman mungkin,
Seefektif, seefisien mungkin.
Semoga engkau memberkahi Dunia,
Memberkahi seluruh Semesta,
Membasuh, melingkupi, menaungi Semua Makhluk,
Dalam Pemberkahan Penyembuh,
Aspirasi Pemaafanmu.
“Walaupun kini,
Mungkin belum kuketahui,
Cara untuk berdiam
Dalam pemaafan konstan,
Namun,
Saya memilih untuk selalu terbuka
Pada segala kemungkinan, dan sudut pandang,
Untuk dapat
Dengan sedalam-dalamnya,
Secara berkesinambungan dan tanpa pengerahan,
Sepenuhnya memaafkan,
Bakal Mata Air Pemberkah Semesta,
Diriku sendiri,
Lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi,
Dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, apapun,
Kondisinya.
Walaupun kini,
Mungkin belum kuketahui,
Cara untuk berdiam
Dalam pemaafan konstan,
Namun,
Saya memilih untuk selalu terbuka
Pada segala kemungkinan, dan sudut pandang,
Untuk dapat
Dengan sedalam-dalamnya,
Secara berkesinambungan dan tanpa pengerahan,
Sepenuhnya memaafkan,
Semua makhluk, segala sesuatu,
Lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi,
Dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, apapun,
Kondisinya.
Saya maafkan diriku,
Saya maafkan semua.
Saya bebaskan diriku,
Saya bebaskan semua.
Dengan segenap kekuatan Samudera Kebajikan, Samudera Parami,
Dengan segenap kekuatan Semua Buddha, Semua Dhamma,
Semua Paccekabuddha, Semua Sangha,
Dengan Semua Kekuatan Niyama yang bermanfaat.
Biarlah saya, anda, dan semua makhluk,
Tanpa batas tanpa hingga,
Di seluruh Semesta Raya,
Senantiasa, selamanya bergembira, berdiam
dalam Kebaikan Penyembuhan, dan
Tanpa lengah, tanpa jeda, tanpa pengerahan, bersinar
Dalam Kebijaksanaan Transformatif,
Dhamma.
Biarlah saya, anda, dan semua makhluk,
Tanpa batas tanpa hingga,
Di seluruh Semesta Raya,
Selamanya menikmati, bergembira, berdiam dalam
Manisnya Pemaafan Sejati,
Kerelaan, kemahiran, untuk,
Secara menyeluruh dan sempurna,
Meninggalkan, melepas pergi,
Kemampuan untuk menderita.
Sejak saat ini juga,
Hingga Penikmatan Pembebasan Tertinggi,
Kepuasan yang Tak Tergoyahkan,
Arahatta,
Sesegera mungkin, secepat mungkin,
Senyaman mungkin,
Dalam saat ini juga,
Sekarang juga.
Biarlah Segala Berkah, selamanya, Beserta.”
Pemaafan,
Adalah Permata Hati,
Bahkan diantara Para Petapa Teragung.
Itu dikenali juga sebagai,
Nama lain dari Tapa Tertinggi,
Ketabahan, Kesabaran.
Khanti paramam tapo titikkha.
Much Blessings, friends.
You have all our heart support and blessings.